Literasi Dapat Membantu Bertahan di Abad 21

Daerah9 Views

Penulis : Putri Filiandini, S.Pd

Menurut KBBI literasi adalah kemampuan menulis dan membaca serta kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Setiap individu perlu memiliki kemampuan mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, dan mencipta untuk mencari solusi pemecahan masalah karena hal tersebut merupakan bagian dari hak dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat (UNESCO, 2003). Berdasarkan Undang-undang No.3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan, literasi memiliki makna kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Menurut Word Economic Forum (2016), peserta didik memerlukan 16 keterampilan agar mampu bertahan di abad 21 salah satunya yaitu fondasi literasi dasar bagaimana peserta didik menerapkan keterampilan berliterasi untuk kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian tersebut kegiatan literasi merupakan kemampuan menulis dan membaca yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah dengan berpikir kritis sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidup sebagai pembelajar sepanjang hayat sehingga mampu bertahan di abad 21 ini.

Manusia selalu berurusan dengan teks terutama untuk peserta didik literasi sebagai sarana mereka dalam mengenal, memahami, dan mengaplikasikan ilmu pengatahuan yang dipelajarinya di dunia pendidikan. Karena kagiatan literasi sangat penting dan bermanfaat, peserta didik diharapkan memiliki minat yang baik untuk berliterasi. Dengan adanya program kebijakan Merdeka Belajar dari Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, peserta didik diharapkan memiliki karakter profil pelajar Pancasila, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berkahlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Karakter dan kompetensi tersebut dapat diraih oleh peserta didik salah satunya dengan kegiatan literasi. Harapan tersebut bisa terwujud harus dengan usaha dan dukungan yang kuat dari semua pihak karena keadaan yang terjadi saat ini berdasarkan hasil penelitian pada siswa Indonesia yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2019 menunjukkan Indonesia berada di posisi keenam dari bawah untuk bidang matematika dan literasi. Indonesia menduduki posisi ke-74 dari 79 negara. Menyikapi hal tersebut Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi membuat beberapa kebijakan sebagai berikut:

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran Kurikulum Merdeka pada Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, ada empat pokok kebijakan pendidikan Merdeka Belajar salah satunya yaitu ujian nasional (UN) diganti oleh Asesmen Kompetisi Minimum (AKM) dan Survei Karakter. Asesmen ini menekankan kemampuan penalaran literasi dan numerasi yang di dasarkan pada praktik tes PISA. Literasi tidak hanya mengukur kemampuan membaca, tetapi juga kemampuan menganalisis isi bacaan beserta memahami konsep. Untuk kemampuan numerik yang dinilai bukan pelajaran matematika, melainkan penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menerapkan konsep numerik dalam kehidupan nyata.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2022 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program Diploma dan Program Sarjana pada Perguruan Tinggi Negeri, pasal 6 ayat 2 berbunyi tes terstandar sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan tes yang mengukur potensi kognitif, penelaran matematika, literasi dalam bahhasa Indonesia, dan literasi dalam bahasa Inggris.

Kebijakan-kebijakan di atas menitikberatkan kemampuan literasi peserta didik harus mumpuni sebagai syarat alat ukur hasil belajar mereka. Karena hal tersebut, Gerakan Literasi Sekolah perlu dilakukan. GLS diharapkan mampu menggerakkan warga sekolah untuk bersama-sama memiliki, melaksanakan, dan menjadikan gerakan ini sebagai bagian penting dalam kehidupan yang warganya literat sepanjang hayat.

Tim Literasi Sekolah (TLS) SMA GIS 2 membuat perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen program GLS. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan rasa cinta baca, kemampuan memahami bacaan, rasa percaya diri sebagai pembaca yang baik, dan menumbuhkembangkan budaya literasi di lingkungan GIS 2. Target kegiatan GLS SMA GIS 2 yaitu menciptakan budaya membaca peserta didik, peserta didik dapat berpikir kritis, dan peserta didik dapat terbiasa mengerjakan soal HOTS berstandar ANBK dan UTBK. Dalam merancang kegiatan, TLS melakukan hal berikut.

TLS membuat SOP kegiatan, jadwal kagiatan, dan timline kagiatan.

TLS menyosialisasikan program kepada seluruh guru.

TLS membuat template LKPD (teks literasi dan pertanyaan) sebagai acuan untuk guru dalam membuat bahan literasi.

TLS membuat GCR (Google Classroom) untuk pengunggahan soal literasi dan pengumpulan hasil literasi peserta didik.

TLS membuat link google drive untuk pengumpulan teks dan soal literasi.

Seluruh guru mata pelajaran menyiapkan teks beserta pertanyaan berstandar ANBK/UTBK dengan aturan sebagai berikut:

guru mapel membuat teks berbasis ANBK/UTBK (1.000 – 1.700 kata) ;

guru membuat pertanyaan maksimal tiga pertanyaan dengan beberapa bentuk soal ANBK/UTBK/HOTS, seperti pilihan ganda kompleks (lebih dari satu jawaban), isian singkat, uraian, dan menjodohkan.

guru membuat teks berdasarkan template yang diberikan kemudian teks dikirim ke link google drive yang sudah disiapkan.

TLS mengecek teks yang sudah dikirimkan oleh guru mapel apakah sudah sesuai atau belum. Jika belum sesuai, guru mapel membuat ulang.

Pelaksanaan GLS SMA GIS 2 dilaksanakan pada hari Kamis minggu ke-2 dan minggu ke-4 setiap bulan saat pagi hari pukul 07.00 – 07.30 WIB . Kegiatan literasi dilaksanakan di kelas masing-masing dengan didampingi oleh wali kelas. Peserta didik wajib gabung GCR GLS. Setelah gabung di GCR GLS, peserta didik mengunduh/membuka teks dan pertanyaan yg tersedia sesuai jadwal. Peserta didik melaksanakan literasi teks yg sudah disediakan kemudian menjawab pertanyaan yg tersedia (15 menit membaca dan memahami teks dan15 menit menjawab pertanyaan). Setelah itu, peserta didik mengumpulkan kembali LKPD hasil literasi ke GCR. Asesmen program GLS SMA GIS 2 melibatkan semua guru mapel. Guru diwajibkan mengoreksi hasil bacaan peserta didik. Guru memberikan nilai hasil literasi ke dalam nilai tambahan di mapel masing-masing.

GLS SMA GIS 2 diharapkan bisa menjadi sarana peserta didik untuk mendapatkan keterampilan penting abad 21, yaitu berpikir kritis dan penyelesaian masalah, kreativitas dan inovasi, pemahaman lintas budaya, komunikasi literasi informasi dan media, komputer dan literasi teknologi informasi dan komunikasi, serta karier dan kehidupan. Keterampilan abad 21 juga beririsan dengan beberapa karakter dan kompetensi profil pelajar pancasila. Dengan pembiasaan literasi, karakter bernalar kritis dan kreatif dapat terbentuk dalam diri peserta didik. Pelajar Pancasila yang benalar kritis mereka mampu menganalisis dan mengevaluasi semua informasi maupun gagasan yang diperoleh dengan baik. Mereka juga mampu mengevaluasi dan merefleksi penalaran dan pemikirannya sendiri. Pelajar Pancasila yang kreatif adalah pelajar yang bisa menghasilkan gagasan, karya, dan tindakan yang orisinal mereka juga memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan. Dengan demikian, kemampuan literasi dapat dijadikan bekal peserta didik agar mampu bertahan di Abad 21 ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *